KOPRI RKCD BEDAH BUKU NALAR KRITIS MUSLIMAH

 


Senin (10/05) KOPRI PMII Rayon "Kawah" Chondrodimuko menggelar bedah buka "Nalar Kritis Muslimah" karya Ibu Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm. Beliau adalah salah satu akademisi sekaligus memiliki keahlian di bidang Gender Islam. Pada bedah buku kali ini, tema yang diambil adalah "Kafaah itu Terbuka dan Dinamis". 

Keahliaan beliau dalam mengkaji isu gender dalam Islam tidak diragukan lagi, selain karena beliau memang pernah mengenyam pendidikan tinggi formal di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits UIN Yogyakarta, menyelesaikan studi S2-S3 di Turki, beliau juga pernah memperdalam ilmu agama di salah satu pesantren di Jombang Jawa Timur dan Krapyak Yogyakarta. Ibu Nur Rofiah juga aktif diberbagai organisasi, seperti pernah menjadi Ketua Korpri Fakultas Ushuluddin, Anggota Kopri PMII dan aktif mengkaji isu gender menurut para ahli.


Pada ngaji yang dilaksakan sore hari itu (10/05), memberi pemahaman bahwa "Kafaah" itu benar-benar dinamis. Hal yang harus dipahami adalah pengertian bahwa manusia yang berkualitas itu tidak dipandang dari fisik, ekonomi dan sosial. Terlebih lagi perempuan, yang awalnya dianggap sebagai objek seksual. Dalam Islam, laki-laki dan perempuan akan dianggap berkualitas ketika ia "bertaqwa", bukan karena fisik yang tampan/cantik, kaya/miskin, dan sebagainya. Lalu apa makna "taqwa" sendiri ? Tidak menyimpang dari makna taqwa yang biasa diketahui, "taqwa" adalah bagaimana kita bisa berhubungan baik dengan Allah dan makhluk-makhluknya.


Berbicara kafaah dalam berpasangan, memang terdapat 4 pertimbangan. Namun, pertimbangan yang sebenarnya hanya satu, yaitu "agama". Agama yang baik inilah yang bersumber dari ketaqwaan. Seseorang boleh mencari jodoh yang kaya, asal baik dulu. Kalau tidak baik, mau disakiti karena hartanya?. Boleh mencari turunan ningrat, asalkan baik dulu. Jika tidak baik, mau disakiti karena keluarga besarnya? Boleh mencari yang tampan/cantik, asalkan baik. Jika tidak, mau disakiti karena modal fisik? Standar baik ini bukan dibanding dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan diri kita sendiri kemarin, yakni menjadi versi terbaik dalam diri. Disinilah letak kafaah yang dinamis. Bahkan seseorang harus mengenali dirinya sendiri, baru pasangannya. Dapat menegoisasi perbedaan antar keduanya hingga keseimbangan tercipta dalam menjalin kehidupan.


Penulis : I'anatut Tazkiya

Posting Komentar

0 Komentar